بِسْمِ اللَّهِ
Bismillaah
Bismillaah
"Dengan menyebut nama Allah"
Yang pertama adalah Do’a ketika hendak makan
ALLAHUMMA BAARIKLAN FIIMA RAZAQTANA WAKINA AZABANNAAR
Hei…mungkin langsung ada yang bertanya-tanya, bukankah saat hendak makan doa yang dibaca “ Allahumma bariklana… ?”
Jawabnya, “Bukan saudariku.” Bahkan do’a tersebut tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena hanya disebutkan dalam hadits yang lemah
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu 'Anhuma, bahwa apabila Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam hendak menyantap makanan, beliau membaca
"ALLAHUMMA BARIKKLANA FIIMA RAZAKTANA WAKINA AZABANNAR"
“Ya Allah, berkahilah kami pada apa yang telah Engkau karuniakan kepada kami, dan hindarkanlah kami dari siksa neraka.
Takhrij ;
Hadits ini diriwayatkan Imam Ath- Thabarani dalam Ad-Du’ a` (814), Ibnu As-Sunni dalam ‘ Amal Al-Yaum wa Al-Lailah (456), dan Ibnu Adi dalam Al-Kamil (biografi Muhammad
bin Abi Az-Zu’ aizi’ ah); dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu 'Anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Derajad hadits ; dho'if
terdapat Muhammad bin Abi Az-Zu’ aizi’ ah dalam sanadnya. Ibnu Abi Az- Zu’ ai’ ah ini adalah seorang yang dha’ if, didha’ ifkan oleh para imam hadits. Imam Al-Bukhari dalam At- Tarikh Al-Kabir (244) berkata, “Haditsnya sangat mungkar.” Ibnu Hibban berkata, “Dia termasuk orang yang suka meriwayatkan hadits mungkar dari para imam yang masyhur… Tidak boleh berhujjah dengannya.”
Abu Nu’ aim Al-Ashbahani berkata dalam Adh-Dhu’ afa` (227), “Mengabarkan hadits-hadits mungkar di Syam dari Nafi’ dan Ibnul Munkadir.”
Ibnu Abi Hatim dalam Al- Jarh wa At-Ta’ dil (1425) berkata, “Aku bertanya kepada ayahku tentang dia (Muhammad bin Abi Az- Zu’ aizi’ ah), maka dia mengatakan; Tidak usah diurusi, dia itu munkarul hadits.”
Ibnu Adi berkata, “Dia munkarul hadits, haditsnya tidak perlu ditulis.”
Al-Uqaili memasukkan Muhammad bin Abi Az- Zu’ aizi’ ah dalam kitabnya Adh-Dhu’ afa` Al-Kabir, nomor 1621. Ibnu Hajar menukil dari Ibnu Hibban, “Dia itu salah seorang dajjal.
Dari ‘Aisyah radhiyallaHu ‘anHa, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda,
“Apabila salah seorang diantara kalian makan makanan, maka ucapkanlah, ‘BismillaaH’. Jika lupa membacanya pada permulaan makan, maka ketika teringat ucapkanlah, ‘BismillaaHi fii awwaliHi wa aakhiriHi’” (HR. at Tirmidzi no. 1858, Abu Dawud no. 3767, Ahmad 6/207-208 dan ad Darimi 2/94, at Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini hasan shahih”)
Adapun jika kita terlupa membaca‘bismillah’ di awal waktu kita makan, maka kita cukup membasa ‘bismillah awwalahu wa aakhirohu’ di saat kita ingat. Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ‘Apabila salah seorang kamu makan, maka sebutlah nama Allah Ta’ala (bismillah).
Jika ia lupa menyebut nama Allah di awal makannya, maka hendaklah ia mengucapkan,
Jika ia lupa menyebut nama Allah di awal makannya, maka hendaklah ia mengucapkan,
بِسْمِ اللهِ أوَّلَهُ وَ اخِرَهُ
(Dengan menyebut nama Allah pada awalnya dan pada akhirnya)’.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dia berkata, “Hadits hasan shahih”).
Pada hadits Umar bin Abi Salamah yang berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda kepadanya:
يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
"Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang berada di dekatmu." (HR Bukhari no. 4957 dan Muslim no. 3767 dari Maktabah Syamilah)
Dan juga hadits Aisyah radliyallah 'anha, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Dan juga hadits Aisyah radliyallah 'anha, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ
"Apabila seorang kalian ingin makan, hendaknya dia membaca "bismillah". Dan jika ia lupa membaca di awalnya, hendaknya ia membaca "bismillah fii awwalihi wa aakhirihi." (HR. al Tirmidzi dan Ahmad. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 1513)
Dalam hadits yang lain dari seorang sahabat yang telah membantu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam selama 8 tahun bercerita bahwa dia selalu mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam apabila mendekati makanan membaca ‘bismillah.’” (HR. Muslim dan Ahmad. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah, 1/111)
Cukup Bismillaah
Cukup Bismillaah
Dari ‘Aisyah radhiyallaHu ‘anHa, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda,
“Apabila salah seorang diantara kalian makan makanan, maka ucapkanlah, ‘BismillaaH’. Jika lupa membacanya pada permulaan makan, maka ketika teringat ucapkanlah, ‘BismillaaHi fii awwaliHi wa aakhiriHi’” (HR. at Tirmidzi no. 1858, Abu Dawud no. 3767, Ahmad 6/207-208 dan ad Darimi 2/94, at Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini hasan shahih”)
Berdasarkan riwayat-riwayat yang ada, bacaan sebelum makan yang sesuai dengan sunnah adalah cukup dengan "bismillaah", tanpa tambahan ar-Rahmaan dan ar-Rahiim. Inilah pendapat yang dipilih oleh Syaikh al Albani berdasarkan hadits Umar bin Abi Salamah dan hadits 'Aisyah. Beliau mengatakan, "dan di dalam hadits terdapat dalil bahwa bacaan ketika akan makan hanya bismillaah saja."
Beliau juga menyatakan dalam Silsilah Shahihah (1/152) “Membaca sebelum makan adalah ‘Bismillaah’ dan tidak ada tambahan padanya. Dan semua hadits-hadits yang shahih dalam masalah ini tidak ada tambahan sedikitpun. Dan saya tidak mengetahui satu haditspun yang di dalamnya ada tambahan (bismillaahirrahmaanirrahiim, pent).”
“Apabila salah seorang diantara kalian makan makanan, maka ucapkanlah, ‘BismillaaH’. Jika lupa membacanya pada permulaan makan, maka ketika teringat ucapkanlah, ‘BismillaaHi fii awwaliHi wa aakhiriHi’” (HR. at Tirmidzi no. 1858, Abu Dawud no. 3767, Ahmad 6/207-208 dan ad Darimi 2/94, at Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini hasan shahih”)
Berdasarkan riwayat-riwayat yang ada, bacaan sebelum makan yang sesuai dengan sunnah adalah cukup dengan "bismillaah", tanpa tambahan ar-Rahmaan dan ar-Rahiim. Inilah pendapat yang dipilih oleh Syaikh al Albani berdasarkan hadits Umar bin Abi Salamah dan hadits 'Aisyah. Beliau mengatakan, "dan di dalam hadits terdapat dalil bahwa bacaan ketika akan makan hanya bismillaah saja."
Beliau juga menyatakan dalam Silsilah Shahihah (1/152) “Membaca sebelum makan adalah ‘Bismillaah’ dan tidak ada tambahan padanya. Dan semua hadits-hadits yang shahih dalam masalah ini tidak ada tambahan sedikitpun. Dan saya tidak mengetahui satu haditspun yang di dalamnya ada tambahan (bismillaahirrahmaanirrahiim, pent).”
Ibnu Hajar menguatkan pendapat di atas dengan bersandar kepada hadits Aisyah, "Dia (bismillaah,- pent) adalah lafadz paling jelas tentang bentuk bacaan (sebelum makan)." (Fathul Baari: 9/455)
Beliau rahimahullah juga menyatakan bahwa beliau tidak mengetahui satu dalil khusus yang mendukung klaim Imam Nawawi bahwa ucapan bismillaahirramaanirrahiim ketika hendak makan itu lebih afdhal. Padahal, sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Albani, "tidak ada yang lebih afdhal daripada sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."
Jika tidak ada keterangan tentang bacaan sebelum makan kecuali hanya bismillaah, maka tidak boleh menambah, terlebih lagi menyatakan bahwa menambahnya lebih utama. Sebabnya, karena bertentangan dengan hadits, "sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam)." (Dikutip dari Silsilah Shahihah: 1/611)
Jika tidak ada keterangan tentang bacaan sebelum makan kecuali hanya bismillaah, maka tidak boleh menambah, terlebih lagi menyatakan bahwa menambahnya lebih utama.
Hukum membaca "Bismillaah"
Berdasarkan hadits-hadits di atas, menunjukkan bahwa membaca "bismillaah" ketika makan dan minum adalah wajib dan berdosa bila meninggalkannya.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Yang benar adalah wajib membaca "bismillaah" ketika makan. Dan hadits-hadits yang memerintahkan demikian adalah shahih dan sharih. Dan tidak ada yang menyelisihinya serta tidak ada satupun ijma’ yang membolehkan untuk menyelisihinya dan mengeluarkan dari makna lahirnya. Orang yang meninggalkannya akan ditemani syetan dalam makan dan minumnya.”
Beliau rahimahullah juga menyatakan bahwa beliau tidak mengetahui satu dalil khusus yang mendukung klaim Imam Nawawi bahwa ucapan bismillaahirramaanirrahiim ketika hendak makan itu lebih afdhal. Padahal, sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Albani, "tidak ada yang lebih afdhal daripada sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."
Jika tidak ada keterangan tentang bacaan sebelum makan kecuali hanya bismillaah, maka tidak boleh menambah, terlebih lagi menyatakan bahwa menambahnya lebih utama. Sebabnya, karena bertentangan dengan hadits, "sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam)." (Dikutip dari Silsilah Shahihah: 1/611)
Jika tidak ada keterangan tentang bacaan sebelum makan kecuali hanya bismillaah, maka tidak boleh menambah, terlebih lagi menyatakan bahwa menambahnya lebih utama.
Hukum membaca "Bismillaah"
Berdasarkan hadits-hadits di atas, menunjukkan bahwa membaca "bismillaah" ketika makan dan minum adalah wajib dan berdosa bila meninggalkannya.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Yang benar adalah wajib membaca "bismillaah" ketika makan. Dan hadits-hadits yang memerintahkan demikian adalah shahih dan sharih. Dan tidak ada yang menyelisihinya serta tidak ada satupun ijma’ yang membolehkan untuk menyelisihinya dan mengeluarkan dari makna lahirnya. Orang yang meninggalkannya akan ditemani syetan dalam makan dan minumnya.”
Hendaklah seorang muslim ketika makan dan minum melakukannya dengan duduk.
Dari Anas bin Malik radhiyallaHu ‘anHu, ia berkata,“Rasulullah pernah diberi kurma. Aku melihat beliau menyantapnya sambil duduk dengan posisi iq’a karena lapar” (HR. Muslim no. 2044, Abu Dawud no. 3771 dan an Nasai)
Sifat duduk ketika makan yaitu duduk di atas kedua lutut dan punggung kedua telapak kaki atau kaki kanan ditegakkan dan duduk di atas kaki kiri. Sikap duduk ini sangat dianjurkan sebagaimana disebutkan oleh al Hafizh Ibnu Hajar di dalam Fathul Baari (Terjemahan Aktsaru min Alfi Sunnatin hal. 140)
Dari Anas radhiyallaHu ‘anHu, dari Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bahwasannya beliau melarang seorang laki-laki minum sambil berdiri. Qatadah berkata, “Kami bertanya kepada Anas, ‘(Bagaimana) kalau makan ?’”. Dia menjawab, “Itu lebih buruk” (HR. Muslim, hadits no. 775 pada Kitab Riyadush Shalihin)
Namun demikian ada riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam minum sambil berdiri. Dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallaHu ‘anHu berkata,
“Aku pernah melihat Rasulullah minum sambil berdiri dan sambil duduk” (HR. at Tirmidzi, hadits no. 774 pada Kitab Riyadush Shalihin, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Mukhtashar asy Syimaa-ilul Muhammad no. 177)
Dari nash di atas para ulama berbeda pendapat tentang permasalahan adab ketika minum. Ath Thahawi berpendapat dalam Musykilul Atsar (III/18, 21) bahwa larangan itu menunjukkan haram. Sementara itu menurut Imam an Nawawi hal tersebut hanya makruh tanzih, sedangkan Syaikh al Albani cenderung kepada pendapat yang pertama (Ash Shahihah no. 175-177)
Tasmiyah (Membaca Bismillaah) sebelum Makan dan Minum
Dari ‘Aisyah radhiyallaHu ‘anHa, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda,
“Apabila salah seorang diantara kalian makan makanan, maka ucapkanlah, ‘BismillaaH’. Jika lupa membacanya pada permulaan makan, maka ketika teringat ucapkanlah, ‘BismillaaHi fii awwaliHi wa aakhiriHi’” (HR. at Tirmidzi no. 1858, Abu Dawud no. 3767, Ahmad 6/207-208 dan ad Darimi 2/94, at Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini hasan shahih”)
Makan dan Minum Menggunakan Tangan Kanan serta Mengambil Makanan yang Terdekat.
Dari Umar bin Abi Salamah radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam berkata kepadaku, “Wahai anak, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kanan dan makanlah yang terdekat darimu” (HR Bukhari dan Muslim, hadits no. 732 pada Riyadush Shalihin)
Makan dengan Ketiga Ruas Jari serta Menghabiskan Makanan.
Dari putra Ka’ab bin Malik, dari ayahnya radhiyallaHu ‘anHu, bahwasannya dia berkata,
“Nabi biasa makan dengan menggunakan tiga jarinya, lalu menjilati ketiga jarinya tersebut” (HR. Muslim no. 2032 dan Ahmad)
Dari Jabir radhiyallaHu ‘anHu, bahwa Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam memerintahkan menjilat-jilat jemari dan membersihkannya dan bersabda,
“Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di bagian manakah keberkahan itu ada pada makananmu” (HR. Muslim, hadits no. 754 pada Riyadush Shalihin)
Larangan Bernafas Pada Bejana (Gelas) Ketika Minum
Dari Ibnu Abbas radhiyallaHu ‘anHu, bahwa Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam melarang bernafas dalam bejana atau meniup di dalamnya (HR. at Tirmidzi, ia berkata, “Hadits hasan shahih”)
Mengucapkan Hamdalah ketika Selesai Makan dan Minum
Dari Anas bin Malik radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah meridhai seorang hamba yang mengucapkan tahmid (Alhamdulillah) setiap kali selesai makan dan minum” (HR. Muslim, hadits no. 186 dalam al Kalimuth Thayib)
Tidak Berlebihan dalam Makan dan Minum
Hendaknya bagi kaum muslimin ketika makan agar menghindari kenyang yang melampau batas. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam,
“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk nafasnya” (HR. Ahmad IV/132, Ibnu Majah no. 3349 dan al Hakim IV/121, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Irwaa-ul Ghalil no. 1983)
Sifat duduk ketika makan yaitu duduk di atas kedua lutut dan punggung kedua telapak kaki atau kaki kanan ditegakkan dan duduk di atas kaki kiri. Sikap duduk ini sangat dianjurkan sebagaimana disebutkan oleh al Hafizh Ibnu Hajar di dalam Fathul Baari (Terjemahan Aktsaru min Alfi Sunnatin hal. 140)
Dari Anas radhiyallaHu ‘anHu, dari Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bahwasannya beliau melarang seorang laki-laki minum sambil berdiri. Qatadah berkata, “Kami bertanya kepada Anas, ‘(Bagaimana) kalau makan ?’”. Dia menjawab, “Itu lebih buruk” (HR. Muslim, hadits no. 775 pada Kitab Riyadush Shalihin)
Namun demikian ada riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam minum sambil berdiri. Dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallaHu ‘anHu berkata,
“Aku pernah melihat Rasulullah minum sambil berdiri dan sambil duduk” (HR. at Tirmidzi, hadits no. 774 pada Kitab Riyadush Shalihin, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Mukhtashar asy Syimaa-ilul Muhammad no. 177)
Dari nash di atas para ulama berbeda pendapat tentang permasalahan adab ketika minum. Ath Thahawi berpendapat dalam Musykilul Atsar (III/18, 21) bahwa larangan itu menunjukkan haram. Sementara itu menurut Imam an Nawawi hal tersebut hanya makruh tanzih, sedangkan Syaikh al Albani cenderung kepada pendapat yang pertama (Ash Shahihah no. 175-177)
Tasmiyah (Membaca Bismillaah) sebelum Makan dan Minum
Dari ‘Aisyah radhiyallaHu ‘anHa, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda,
“Apabila salah seorang diantara kalian makan makanan, maka ucapkanlah, ‘BismillaaH’. Jika lupa membacanya pada permulaan makan, maka ketika teringat ucapkanlah, ‘BismillaaHi fii awwaliHi wa aakhiriHi’” (HR. at Tirmidzi no. 1858, Abu Dawud no. 3767, Ahmad 6/207-208 dan ad Darimi 2/94, at Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini hasan shahih”)
Makan dan Minum Menggunakan Tangan Kanan serta Mengambil Makanan yang Terdekat.
Dari Umar bin Abi Salamah radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam berkata kepadaku, “Wahai anak, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kanan dan makanlah yang terdekat darimu” (HR Bukhari dan Muslim, hadits no. 732 pada Riyadush Shalihin)
Makan dengan Ketiga Ruas Jari serta Menghabiskan Makanan.
Dari putra Ka’ab bin Malik, dari ayahnya radhiyallaHu ‘anHu, bahwasannya dia berkata,
“Nabi biasa makan dengan menggunakan tiga jarinya, lalu menjilati ketiga jarinya tersebut” (HR. Muslim no. 2032 dan Ahmad)
Dari Jabir radhiyallaHu ‘anHu, bahwa Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam memerintahkan menjilat-jilat jemari dan membersihkannya dan bersabda,
“Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di bagian manakah keberkahan itu ada pada makananmu” (HR. Muslim, hadits no. 754 pada Riyadush Shalihin)
Larangan Bernafas Pada Bejana (Gelas) Ketika Minum
Dari Ibnu Abbas radhiyallaHu ‘anHu, bahwa Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam melarang bernafas dalam bejana atau meniup di dalamnya (HR. at Tirmidzi, ia berkata, “Hadits hasan shahih”)
Mengucapkan Hamdalah ketika Selesai Makan dan Minum
Dari Anas bin Malik radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah meridhai seorang hamba yang mengucapkan tahmid (Alhamdulillah) setiap kali selesai makan dan minum” (HR. Muslim, hadits no. 186 dalam al Kalimuth Thayib)
Tidak Berlebihan dalam Makan dan Minum
Hendaknya bagi kaum muslimin ketika makan agar menghindari kenyang yang melampau batas. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam,
“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk nafasnya” (HR. Ahmad IV/132, Ibnu Majah no. 3349 dan al Hakim IV/121, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Irwaa-ul Ghalil no. 1983)
Wallahu’alam bissawaf
beberapa sumber diantaranya
Adab Harian Muslim Teladan, Syaikh ‘Abdul Hamid as Suhaibani, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor.
Karakter dan Kepribadian Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, Imam at Tirmidzi, Tahqiq oleh Syaikh al Albani, Pustaka Tibyan, Solo, Edisi Indonesia.
Kumpulan Doa dan Dzikir Nabawi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tahqiq oleh Syaikh al Albani, Dar el Hujjah, Jakarta.
Lebih dari 1000 Amalan Sunnah, Syaikh Khalid al Husainan, Pustaka Imam Syafi’i, Bogor.
Tarjamah Riyadush Shalihin Jilid 2, Imam an Nawawi, Takhrij oleh Syaikh al Albani, Duta Ilmu,
Surabaya.
Arsip : Ikhwanbelajarsalaf.blogspot.com
Arsip : Ikhwanbelajarsalaf.blogspot.com